Headlines
Loading...

Semilir angin malam mengajak bercanda. Mengelus tubuhku dengan hebat. Melintas disela-sela rambut. Mengurai segala kenangan dan ketenangan. Aku baru saja duduk. Menghempaskan tubuh di atas atap bangunan tinggi ini. Sesekali mendongak keatas memandang bintang, kulihat sepertinya damai di atas sana. Mereka bersandingan dengan manisnya tanpa berbisik menggunjing. Meski ada bulan yang terlihat berbeda dari bintang-bintang yang ada. Tapi bintang tak pernah mengusiknya. Mereka tetap bersanding membentuk formasi beriringan membentuk keserasian alami.

                Seandainya manusia dapat berlaku seperti itu. Mungkin peperangan hebat masa lalu takkan pernah terjadi. Tapi bicara apa lah aku. Aku bukan siapa-siapa. Mereka begitu tinggi dengan segala jabatan yang mereka sandang. Berpikir setiap adanya malam, berpikir setiap senggangnya siang. Yang mereka kejar hanya kejayaan. Menggemakan persoalan perdamaian tanpa mengerti arti sebenarnya kedamaian. Menerkam seluruh wilayah yang lenggang. Mengakuinya menjadi kepemilikan.

Memang benar  “semua yang ada di dunia ini memang cukup untuk memuaskan kebutuhan seluruh umat manusia. Tapi tak akan cukup untuk memuaskan nafsu satu orang manusia”, itu yang di ucapkan der Anfuhrer des dictator s Adolf Hitler, pemimpin pasukan Nazi Jerman. Saat perang dunia kedua

Bahkan orang-orang diantara mereka pun berkata begitu. Mereka dapat menyimpulkan dengan mudahnya tapi entahlah apakah hati mereka sudah tiada. Apakah ketamakan terlanjur menguasai. Aku juga tak tau.

                Sudahlah, aku akan turun. Angin malam begitu memilukan. Menyayat kulit menusuk tulang. Ku lanjutkan besok lagi angan ku. Terlalu liar jika ku habiskan malam ini. Memang dunia tak akan habis jika kita arungi. Terus berfikirlah hingga kau lelah untuk berfikir. Lalu istirahatlah. Jangan berhenti.

0 Comments: