Suatu hari seseorang bertanya kepada Hatim Ath-Thoi,
"Pernah,yakni seorang anak yatim di kota Thoi. Suatu hari aku
berkunjung ke rumahnya, ia menjamuku dengan menyembelij seekor kambing. Kambing
itu ia masak dan ia hidangkan kepadaku, dan salah satu hidangan yang paling
kunikmati adalah masakan otak kambing.
'Demi Allah, otak kambing ini sangat enak,' ucapku kepadanya. Anak
yatim itu pun segera keluar meninggalkanku.
Tak lama kemudian, ia menghidangkan sebilan otak kambing lagi
kepadaku.
Selesai makan, aku berjalan meninggalkan rumahnya. Di sekitar
rumah kulihat ada kubangan darah yang
sangat banyak. Aku pun bertanya apa yang terjadi dan ia pun menjelaskan bahwa
itu adalah itu adalah darah kambing yang ia sembelih untuk menjamuku. Ternyata
ia menyembelih semua kambing yang ia miliki, yaitu sepuluh ekor kambing.
'Mengapa engkau sembelih seluruh kambingmu?' tanyaku.
"Subhanallah, kulihat engkau sangat menyukai otak kambing yang
kusuguhkan, bagaimana mungkin aku
tidak menghidangkan sisa-sisa otak kambing yang kumiliki kepadamu. Jika tidak
kuhidangkan otak kambing yang kumiliki,maka aku termasuk orang yang sangat
kikir dan perbuatan semacam itu adalah sebuah aib yang sangat buruk bagi kami
orang arab" ujarnya.
"Wahai Hatim apa ganti yang engkau berikan kepada anak
tersebut, yang telah menyembelih sepuluh ekor kambingnya hanya untuk
menyuguhkan otak kambing tersebutkepadamu?" tanya seseorang yang mendengar
kisah ini kepada Hatim.
"Aku memberikan kepadanya tiga ratus ekor unta merah dan lima
ratus ekor kambing" Jawab Hatim.
"Jika demikian engkau lebih dermawan dari anak yatim itu"
ujar orang tersebut.
"Tidak,anak yatim itulah yang lebih dermawan daripada aku
kerena ia telah memberikan semua yang ia miliki kepadaku,sedangkan aku hanya
memberikan sebagian kecil dari kekayaanku kepadanya, meski jumlah besar jawab
Hatim.
Dikutip dari :
Buku "manusia langit" oleh Habib Novel bin Muhammad Alaydrus.
0 Comments: