Headlines
Loading...

Hasil gambar untuk Tentang Rasa Yang Tak Sampai

Saat pertama ketika kamu tersenyum manis dihadapanku, disaat itu pula rasaku mulai tumbuh hingga menyimpan harapan begitu besar. Ingin memulai kisah denganmu. Aku sadar sungguh terlalu besar harapan semacam itu, namun aku tak dapat bermunafik. Cinta benar-benar membuatku bermimpi terlalu tinggi, hingga kulupa bagaimana cara hendak pergi dari mimpi itu. Kamu mungkin sempat menyimpan tanya, jika aku cinta, bagaimana bisa aku terus berusaha untuk terlihat biasa-biasa saja, saat melihatmu sedang asik bercanda mesra dengannya. Tapi itu bukti rasaku padamu, aku hanya ingin melihatmu bahagia. Melihat senyum manis dibibirmu, itu sudah cukup membuatku percaya bahwa cinta tak harus memiliki dan cinta juga tak dapat dipaksa. Namun seiring berjalannya waktu, tak jarang aku berharap agar kamu peka akan rasa yang kupendam.
Terkadang aku sangat ingin mengungkapkan rasaku, namun aku takut hal itu akan membuatmu menjauh dan meninggalkanku dengan rasa ini. Andai saja kau tau betapa sakitnya aku, saat kamu bercerita panjang lebar tentangnya. Sungguh kelopak mataku serasa tak lagi sanggup menahan debit airnya. Namun aku juga tak ingin membuatmu menjadi tak lagi ingin berbicara padaku. Aku ingin kamu selalu mau bercerita segala hal yang menyangkut tentangmu padaku. Paling tidak aku bisa melihat senyum ketenanganmu karenaku. Biarlah. Tak mengapa jika kamu hanya menganggapku tak lebih dari sebatas sahabat, aku terima semua itu asalkan kamu selalu bisa tersenyum bahagia tanpa airmata yang membasahi pipimu. Aku rela , bahkan jika aku harus menahan sakit yang luar biasa. Tak mudah memang untukku menahan cinta yang begitu dalam, menahan api cemburu yang kian membuatku terbakar, menahan emosi yang terkadang tak mampu terbendung. Tapi sesaat semua seakan tenang seketika saat aku bisa melihat senyum manismu yang merekah.
Benar kata orang-orang kalau cinta bisa membuat manusianya bodoh, bahkan lebih bodoh dari orang yang paling bodoh. Cinta bisa membuat manusianya gila, bahkan lebih gila dari orang yang paling gila. Kini aku telah menjadi salah satu bukti dari kata-kata itu. Aku hanya berani mengungkapkan semua rasa cinta yang kupendam pada fotomu yang tidak akan pernah bisa bicara dan mendengar, aku hanya berani memanggilmu sayang saat aku sedang sendiri mengingat namamu dan membayangkan senyuman manismu. Bahkan tak jarang aku menangis sendirian saat mengingat kembali ketika kamu asik bergurau bersamanya. Aku pernah berharap agar angin bisa menyampaikan semua rasaku padamu, tapi angin tak dapat bicara. Coba lihat betapa bodohnya aku yang bertahan dalam keadaan ini. Namun, kembali aku terbuai dalam kebodohan cinta saat kamu hadir dengan senyuman walau pun bukan karenaku. Tatapan matamu membuatku gila. Hingga aku bertahan dalam pendaman rasa yang tak hentinya menyiksaku dalam kesendirian bersama rasa yang tak berbalas.

0 Comments: